K |
eluarga merupakan kesatuan sosial yang paling kecil dalam masyarakat. Dikatakan keuarga apabila terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak. Di dalam keluarga inilah proses permbelajaran awal seorang anak dilakukan. Yaitu mulai dari bayi hingga status anak. Seorang anak harus berada dibawah bimbingan orang tua. Selama proses pendewasaan bagi putra dan putri. Bimbingan kedua orang tua sangat berarti bagi anak. Proses pembelajaran yang dilakukan di dalam keluarga merupakan pendidikan informal.Bagi seluruh anggota keluarga untuk menentukan kepribadian seorang anak selain sifat alamiah atau pewarisan dari orang tua. Yang paling dominan adalah karakter yang dibangun oleh kedua orang tua pada saat proses pendampingan berlangsung selama anak itu masih berada di bawah bimbingan mereka. Apabila dalam kelurga menanamkan banyak nilai positif secra baik maka kemungkinan besar seorang anak tersebut menunjukkan keperibadian baik dalam kehidupan sosial lainnya yang lebih luas.
Pendidikan informal bagi anak pedalaman Papua sangat penting dalam perkembangan untuk menuju langkah selanjutnya demi memperoleh proses pendidikan yang lebih tinggi untuk memewujudkan impianya. Pendidikan informal yang diterapkan dalam keluarga di pedalaman Papua sesuai dengan situasi dan kondisi fisik alam. Ketika seorang anak menginjak umur 10 tahun anak diajarkan pola hidup mandiri. Sehingga anak tersebut dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang ada. Anak dari pedalaman papua ingin melanjutkan pendidikan formal ke tempat lain. Mereka hendak keluar bermodalkan percaya diri yang tinggi dan kemandirian serta semangat yang tinggi untuk memeroleh pendidikan dalam memwujudkan impian yang mereka idamkan. Bermodalkan ketiga hal tersebut mereka mampu menempu pendidikan walaupun mengalami banyak tantangan dalam belajar. Khusus misalnya dalam proses belajar di tempat baru (kota) setiap siswa mengalami tiga keadaan pisikologis yaitu tempat baru, situasi serta bahasa. Setiap siswa mengalamikesulitan pertama adalah mengenai bahasa .dan kaitanya dengan pergaulan dengan teman dari daerah lain. Tetapi dalam pelaksanaanya mereka mampu melalui semua rintangan itu dengan sebuah sifat kepercayaan diri yang tinggi. ketika murid masuk dalam proses belajar mengajar awal –awal nya mereka mengalami kesulitan dalam penyerapan materi yang di sampaikan di kelas oleh pendidik. Tetapi dari waktu- kewaktu mereka semakin berkembang , dan kadang melampauhi teman- teman dari kota. Keberadaan dan perjuangan mereka sungguh di akui dan dampingi secara khusus karena mereka memiliki latarbelakang yang beraneka ragam yang berbeda- beda .Melihat keadaan baru dan situasi seperti itu sebenarnya bagi tenaga pendidik merupakan sebuah tantangan yang harus hadapi. Kaitanya dengan itu, Sebuah lembaga pendidikan yang menjadi tolok ukur untuk mendampingi anak pedalaman papua adalah SMA kolese l ecocq d, Armanville Nabire . setiap situasi yang terjadi di sekolah itu adalah benar –benar sampai mengena pada objek ( peserta didik). Sehinga peserta didik walaupuan mengalami banyak kendala tetapi mereka mampu menyasuaikan diri dengan system yang berada di dalam lembaga pendidikan tersebut. Kenyataannya bahwa saat ini ada beberapa aliumni yang sedang studi di jawa mengakui bahwa proses pembelajaran yang mereka peroleh di lembaga pendidikan tersebut sangat membantu mereka dalam belajar bersama teman- teman lain dari daerah lain. saya tidak bisa katakan seratus persen anak pedalaman papua mampu berdaptasi dengan system lembag pendidikan tersebut. Karena ada pemikiran bahwa yang penting belajar dan memeperoleh nilai baik di saat ujian alias lulus atau tamat. Dasar pemikiran seperti ini membuat sebagian siswa yang awalnya memperoleh pendidkan di lembaga tersebut tetapi kemudian pindah ke lembaga lain karena mereka inggin memperoleh nilai baik . kemungkinan hal tersebut terjadi bukan karena tuntutan belajar yang ditawarakn oleh lembaga tersut sangat rumit bagi mereka.Tetapi saya berani katakan bahwa situasi yang dialami oleh siswa tersbut diatas bukan mereka kurang mampu tetapi karena pada saat mereka masi berada di smp baik itu dipedalaman maupun dikota penanaman system pembelajaran yang keliru. Misalnya pemberian nilai baik pada siswa yang bersangkutan meskipun tingkat kemampunya rendah atau presensi dikelas kurang( terlalu banyak alpa). System pembelajaran seperti itu terus berlangsung dari periode ke periode . sehinnga penanaman nilai- nilai tersebut bagi anak didiknya sudah menjadi suatu kebiassaan . maka yang menjadi korban adalah siswa . ketiga mereka masuk di sebuah SMA/SMK yang mereka idamkan . mereka di hadapkan dengan system yang berbeda. maka dengan sendirinya menyatakan mengundurkan diri atau pindah sekolah. Ketika kita melihat situasi seperti ini kita jangan mencap mereka kurang mamapu.
Dalam memeroleh pendidikan mereka hidup penuh dengan tantangan dan perjuangan misalnya, dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka mampu untuk mencari jalan keluar sehingga memperoleh yang mereka harapkan. Dalam hal ini mereka tidak mengeluh dan putus asah karena mereka sudah dibekali oleh orang tua mereka ketika mereka masih berada di dalam bimbingan orang tua mereka. Dalam hal ini pernah dialami dan dirasakan oleh seorang guru voluntire SMA YPPK Adiluhur Albert L Lantang. ’’orang pedalaman survive dari kecil.mereka hidup dan besar lepas dari campur tangan orang tua . mereka mau buat apa dibiarkan orang tua dan kalau ada resiko dari perilakunya itu harus di tanggung sendiri. Mandirinya sangat cepat dan indivenden. ’’( EDUCARE, NO.07/ III / Oktober 2006 hal.12).
Pengakuan oleh seorang guru tersebut tidak terlepas dari hidup keseharian ia bersama mereka dalam mendampingi dan membantu mereka dalam proses belajar mengajar di sekolah maupun diluar jam sekolah . voluntir tersebut merupakan voluntir yang benar –benar bersedia membatu bagi peserta didik terutama dalam mata pelajaran yang ia ajarkan. Dia dengan beberapa voluntir lain bersedia membatu segala rintangan yang di hadapi oleh anak didik mereka dalam proses belajar mengajar. Sehingga persoalan yang dialami oleh peserta didik sangat jelas di hadapan mereka.
Dalam pengaturan jadual mereka tidak bisa belajar lebih dari tiga jam . mereka mengulangi apa yang di terima di sekolah kurang lebih satu setengah jam itu mereka merasa bahwa sangat efectif bagi mereka karena apabila lebih dari itu mereka merasa bosan, jenuh, dan mengantuk .dalam proses pendidkan mereka ingin tahu ynag lebih tinnggi sihingga apapun yang mereka hadapi. Mereka merasa hal tersebut asing bagi mereka . Sehingga mereka benar –benar ingin mempelajarinya dengan sebuah motivasi yang tinggi di barengi dengan kebulatan hati yang besar sehinngga mendapatkan hasil dengan baik. Tetapi kadang sebagian dari mereka tidak peduli dengan apa yang sedang mereka hadapi. Mereka mengalami demikian mungkin karena kurang memiliki informasi.
Perkembangan ke peribadian serta kemampuan akademis setiap anak scara baik apabila pendidikan nonformal maupun formal sangat seimbang dalam memerikan nilai-nilai positif serta penerpan sistem yang berlaku didalam lembaga-lembag tersebut. yang terpenting adalah keberadaan lembaga pendidikan fomal. Karena lembaga tersebut merupakan lembaga yang benar- benar mempersiapkan peserta didiknya dari segala aspek sehingga menjadi manusia yang dewasa dalam bertindak hal apapun serta mampu membawa diri dalam kehidupan sosialnya yang lebih luas dan mampu menerjemahkan kondisi real yang terjadi di masyrakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
siapa saja yang mengunjungi blog ini silakan menambahkan komentar demi pengembangan blog ini.